Tradisi tahunan Petik Laut di Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, digelar dengan suasana haru. Selain sebagai ungkapan syukur atas hasil laut, kegiatan sakral ini juga menjadi momen doa bersama bagi enam nelayan yang hilang di laut dan belum ditemukan hingga kini.
Prosesi Petik Laut pada Kamis (10/7/2025) dilakukan di dua titik sekaligus: pelepasan 13 jolen (sesaji laut) di tengah laut dan di pesisir Pantai Pancer Puger. Kondisi cuaca dan gelombang laut yang mencapai 2,5 meter, sesuai prakiraan BMKG, membuat sebagian kegiatan dialihkan ke tepi pantai demi keselamatan.
Ribuan warga dari berbagai kecamatan di Jember turut menyaksikan upacara tersebut. Suasana semakin khidmat ketika para sesepuh, tokoh masyarakat, kepala desa, dan jajaran Muspika bersama-sama menggelar doa untuk enam anak buah kapal (ABK) yang hilang usai kapal mereka ditemukan terbalik di perairan Prigi, Kabupaten Tulungagung.
“Hari ini adalah puncak rangkaian kegiatan. Sebelumnya sudah ada kirab budaya dan kegiatan keagamaan. Pagi ini kami gelar petik laut baik di pinggir maupun di tengah laut,” ujar Kepala Desa Puger Kulon, Nurhasan.
Nurhasan menambahkan, selain sebagai tradisi tahunan, Petik Laut tahun ini dilaksanakan dengan nuansa duka.
“Kami sedang berduka. Enam nelayan kami belum ditemukan hingga kini. Perahu mereka memang sudah ditemukan dalam kondisi terbalik oleh Basarnas di wilayah Tulungagung, tapi para ABK belum diketahui nasibnya. Kami semua berdoa agar segera ditemukan,” tuturnya dengan nada lirih.
Dari data yang dihimpun, enam nelayan yang hilang berasal dari dua kecamatan di Jember, yakni Puger dan Balung. Mereka adalah:
-
Wasito (Desa Bagon)
-
H. Tawi (Desa Puger Wetan)
-
Baroji (Desa Puger Kulon)
(Seluruhnya dari Kecamatan Puger) -
Arif (Desa Karang Semanding)
-
Daim (Desa Karangduren)
-
Ahmad Basori (Desa Karang Semanding)
(Ketiganya dari Kecamatan Balung)
Hingga berita ini diturunkan, upaya pencarian oleh tim SAR dan pihak terkait masih terus berlangsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar